Daun Kelor
Daun Kelor (Moringa oleifera L) dapat berupa semak atau dapat pula berupa pohon dengan tinggi 12 m dengan diameter 30 cm. Kayunya merupakan jenis kayu lunak dan memiliki kualitas rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki warna hijau sampai hijau kecoklatan, bentuk bundar telur atau bundar telur terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata. Kulit akar berasa dan berbau tajam dan pedas, dari dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang. Tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau krem berserabut, sebagian besar terpisah. Daun kelor (Moringa oleifera L) mengandung kombinasi senyawa yang unik yaitu isotiosianat dan glukosinolat. Isotiosianat (ITC) merupakan zat yang terdapat dalam berbagai tanaman, termasuk Moringa oleifera L., dan memiliki potensi sebagai agen kemopreventif. Secara in vivo, isotiosianat telah menunjukkan aktivitas sebagai agen antikanker. Di alam isotiosianat berada dalam bentuk benzil isotiosianat (BITC) [Gambar 2.A], phenetil isotiosianat (PEITC) [Gambar 2.B], atau phenyl isotiosianat (PITC) [Gambar 2.C] (Bose, 2007). Isotiosianat terlepas dari tanamannya melalui aksi enzim mirosinase setelah sel tanaman itu rusak, seperti saat dipanen atau saat dikunyah (Zhang dkk., 2009).
Sumber : ccrc.farmasi.ugm.ac.id