106-metode-penelitian-pengertian-tujuan-jenis

LENGKUAS MERAH (Alpinia purpurata K. Schum)

1. Sistematika tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia purpurata K. Schum

Sinonim : Guillainia purpurata Vieill.

Nama daerah : Lakuwe (Nias), lengkuas (Melayu), lengkueh (Minang), laja (Sunda), laos (Jawa, Madura), dan kelawas (Karo) (Khumairoh 2018). 

2. Deskripsi lengkuas merah

Lengkuas termasuk keluarga Zingiberaceae.  Lengkuas berasal dari China selatan. Lengkuas telah berkembang dan dibudidayakan oleh banyak negara Asia seperti Bangladesh, India, termasuk di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand (Silalahi 2017). Terdapat dua varietas lengkuas yaitu, lengkuas dengan rimpang putih (Alpinia galanga L. Willd) dan rimpang merah (Alpinia purpurata K. Schum). Lengkuas termasuk tumbuhan tegak dengan tinggi batang mencapai 2-2,5 meter, berbatang semu, dan tumbuh dalam rumpun yang rapat. 7 Lengkuas dapat hidup pada dataran rendah sampai dataran tinggi, ± 1200 meter diatas permukaan laut (Midun 2012). Batang lengkuas tersusun atas pelepah pelepah daun.

Daunnya merupakan daun tunggal, berwarna hijau, berbentuk bulat panjang, ujung runcing dengan tepi daun rata, bertangkai pendek, dan tersusun berseling. Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60 cm dengan lebar 4-15 cm. Bunganya merupakan bunga majemuk, berbentuk silindris, panjang mencapai 4 cm. Sewaktu muda bunga berwarna hijau-kekuningan setelah tua berwarna hitam kecoklatan (Silalahi 2017). Rimpang lengkuas terdapat di bawah permukaan tanah, merayap dan memiliki banyak percabangan, bertekstur keras, berserat kasar, dan mengkilat dengan ukuran 2-4 cm.

Rimpang berwarna merah terang atau kuning pucat serta memiliki aroma khas. Pembiakan lengkuas biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan bagian rimpang (Silalahi 2017).

3. Kandungan senyawa

Lengkuas mengandung karbohidrat, lemak, sedikit protein, mineral, dan minyak atsiri. Rimpang lengkuas segar mengandung air 75%, karbohidrat 22,44% dalam bentuk kering, protein 3,07%, dan senyawa kristal kuning 0,07%. Hasil studi fitokomia pada lengkuas merah didapatkan senyawa flavonoid, rutin, kaempferol3-rutinoside, kaempferol-3-oliucronide, β-sitosterol diarabinoside, β-sitosterol diglucosyl caprate, galangoflavonoside, 1-acetoxychavicol acetate (ACA), eugenol, sineol dan galangin (Khumairoh 2018). Minyak atsiri rimpang lengkuas berwarna kuning kehijauan, dengan komponen utamanya metil-silamat 48%, sineol 20-30%, kamfer 1%, dan sisanya galangin, eugenol senyawa terpenoid (sesquiterpen dan monoterpen) yang dapat menyebabkan rasa pedas pada lengkuas. Komponen lain yang terdapat pada golongan Alpinia adalah alpinetin yang merupakan jenis flavanon, dikenal sebagai senyawa fungistatik dan fungisida (Budiarti 2007).

4. Manfaat lengkuas merah

Terdapat dua varietas lengkuas yaitu lengkuas merah dan lengkuas putih. Lengkuas putih lebih banyak dimanfaatkan dalam bidang pangan, yaitu sebagai pengempuk daging dalam masakan, pengawet alami pada makanan dan sebagai 8 rempah-rempah bumbu masakan. Lengkuas merah lebih digunakan untuk bahan obat tradisional. Perbedaan fungsi tersebut dipengaruhi oleh kandungan bioaktif antara lengkuas putih dan lengkuas merah. Menurut Rusmarilin (2003), lengkuas putih memiliki komponen larut air dan larut alkohol yang lebih tinggi dibandingkan lengkuas merah, namun kandungan minyak atsiri dan komponen antijamur pada lengkuas merah memiliki konsentrasi lebih tinggi dibandingkan lengkuas putih. Secara tradisional, parutan rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat penyakit kulit. Penyakit kulit yang dimaksud adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim, dan sebagainya.

Pengobatan tradisional China dan dunia menyebutkan bahwa, lengkuas merah memiliki sifat antijamur dan antikembung. Efek tersebut diperoleh dari rimpang yang mengandung basonin, eugenol, galangal, dan galangol. Basonin dikenal dapat menimbulkan efek merangsang semangat, eugenol selain sebagai antijamur juga sebagai antikejang, analgetik, anastetika, dan penekan pengendali gerak (Budiarti 2007). Kandungan flavonoid pada lengkuas merah, dapat digunakan sebagai agen proteksi penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri dan virus (Anusha et al. 2015). Senyawa eugenol dalam minyak atsiri rimpang lengkuas merah dapat menghambat jamur Candida albicans secara efektif. Minyak bunga lengkuas merah dapat dimanfaatkan sebagai insektisida pada larva Aedes aegypti, serta sebagai agen antibakteri dan dapat digunakan dalam formulasi secara farmakologi (Budiarti 2007).

Senyawa aromatik fenol berfungsi untuk detoksifikasi dan memiliki sifat antihipertensi (Subramanian & Suja 2011). Bunga yang direbus dapat digunakan sebagai obat batuk, serta dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, obat-obatan, parfum dan pewarna. Bau aromatiknya dapat meningkatkan nafsu makan (Santos et al. 2012). Tanaman lengkuas merah termasuk dalam tanaman obat tradisional yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Pernyataan ini didasarkan atas data produksi lengkuas hingga tahun 2005 terus menunjukkan peningkatan mencapai 35.478.405 Ton (Budiarti 2007). 


Sumber : repository.setiabudi.ac.id